Kamis, 12 November 2015

FONEM, MORFEM dan FRASA




1.    Fonem
            Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Yang membedakan arti kata jahat dan  jahit adalah bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a dan bunyi /i/ yang dilambangkan denagan huruf i. Bunyi a disebut fonem /a/ dan fonem /i/. Fonem /a/ dan /i/ merupakan contoh satuan bunyi terkecil karena tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan bunyi yang lebih kecil yang dapat membedakan makna.
            Fonem dan huruf merupakan dua hal yang berbeda. Fonem adalah bunyi dari huruf (untuk didengar), sedangkan huruf adalah lambang dari fonem (untuk dilihat). Huruf abjad bahasa indonesia ada 26 fonem (bunyi huruf). Akan tetapi, jumlah fonem bahasa indonesia ternyata lebih banyak dari huruf karena beberapa huruf mempunyai lebih dari satu fonem. Fonem huruf e ada tiga, fonem huruf o dan k masing- masing ada dua. [1]
Adapun variasi fonem dari ketiga huruf tersebut yaitu:
·         Variasi fonem huruf e
            (i)  Makanan favoritku adalah sate
(ii) Ani suka bumbu rujak yang pedas
(iii) Makan nasi panas dicampur sambal, enak rasanya
·         Variasi fonem huruf o
(i)                 Selain bersekolah, ia juga aktif dalam organisasi sosial
(ii)               Pedagang burung beo itu sedang makan soto
·         Variasi fonem huruf k
(i)                 Dahulu pak Hadi perokok berat
(ii)               Beliau dapat menghabiskan tiga pak rokok dalam sehari
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan adalah dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna. Misalnya:
§  Apel = Nama buah
§  Apel = Wajib mengikuti upacara, melapor
§  Seret = Tersendat- sendat, tidak lancar
§  Seret = menarik suatu benda menyusur tanah/ lantai
Dari sini terbukti bahwa yang membedakan dua kata dari segi maknanya bukanlah huruf, melainkan bunyi dari huruf (fonem).
Misalnya:
/c/cari- /j/ari- /l/ari- /m/ari- /t/ari
Se/k/am- se/l/am- se/n/am- se/r/am
Hal ini yang menyebabkan jumlah fonem lebih banyak dari huruf  ada gabungan dua huruf menghasilkan satu fonem. Fonem yang dimaksud dan huruf pembentukannya adalah:
1.      Fonem /kh/ merupakan gabungan huruf k dan huruf h
2.      Fonem /ng/ merupakan gabungan huruf n dan huruf g
3.      Fonem /ny/ merupakan gabungan huruf n dan huruf y
4.      Fonem /sy/ merupakan gabungan huruf s dan huruf y
Sama halnya dengan fonem yang lain, keempat fonem ini merupakan bunyi terkecil serta dapat membedakan makna. Contoh kehadiran fonem /kh/, /ng/, /ng/, /ny/, dan /sy/ sebgai bunyi terkecil dan pembeda makna tampak dalam kata- kata seperti di bahaw ini:
§  /s/amar- /kh/amar
§  /k/eras- keran/ng/
§  Ke/s/al- ke/ny/al
§  /k/arat- /sy/arat

2.      Morfem
            Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya –an, me-, me-kan), klitika/partikel (misalnya -lah, -kah), dan kata dasar (misalnya bawa, makan).
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan menggabungkan morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna baru, unsur yang digabungkan dengan dasar itu adalah morfem.
Contoh:
Makan + -an = makanan
Me- + makan = memakan
Jika ditinjau dari segi bentuknya, semua kata dasar tergolong sebagai morfem karena wujud bentuknya memang hanya satu morfem. Kata dasar bawa, rumah, main, tidak dapat diurai lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata terbawa, dirumahkan, dipermainkan, adalah kata- kata kompleks yang dapat diurai lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Yang disebut partikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1998:342), partikel -kah, -lah, -tah diakui sebagai Klitika. Klitika tidak sama dengan imbuhan.[2]

Menurut bentuk dan makananya, morfem ada dua macam yaitu:
1.      Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat terdiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
2.      Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri dari satu makna. Maknanya baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, kombinasi awalan, dan akhiran, partikel –ku, -lah, -kah dan bentuk- bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri termasuk morfem terikat.


3.    Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang tidak mempunyai unsur subjek predikat. Konstruksinya yang berupa kelompok kata menunjukkan frasa lebih tinggi dari kata. Proses pembentukan frasa sama dengan pembentukan kata majemuk, tetapi jumlah kata pembentuk frasa bisa jauh lebih banyak dari kata majemuk.
Kelompok kata langit batik biru baju dan yang berbahaya sangat penyakit bukanlah frasa karena rangkaian kata itu tidak mempunyai kesatuan makna. Jika rangkaian kata itu diubah susunannya sehingga mempunyai makna yang jelas, misalnya baju batik biru langit dan penyakit yang sangat berbahaya barulah kelompok kata itu dinamakan frasa. Sama halnya dengan kata, frasa juga akan berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan di dalam kalimat.
Ada tiga kriteria yang harus dimiliki oleh frasa:
1)      Konstruksinya tidak mempunyai predikat (nonpredikatif)
2)      Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom
3)      Susunan katanya berpola tetap
Frasa tidak boleh berstruktur subjek predikat karena kelompok kata yang mempunyai subjek predikat dapat membentuk klausa, bahkan kalimat. Predikat adalah kata atau kelompok kata yang menyatakan perbuatan/tindakan.


Ditinjau dari proses pemaknaannya terdapat perbedaan antara frasa dan idiom. Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru, tetapi cakupan maknanya sudah bergeser jauh dari makna leksikal kata asal. Frasa juga berupa gabungan dua kata atau lebih, namun cakupan makna yang dihasilkan oleh frasa masih disekitar makna leksikal kata pembentuknya.
Contoh frasa:



Jumpa pers = berjumpa dengan pers (wartawan)
Haus kekuasaan = haus akan kekuasaan
Terjun payung = terjun dengan (memakai) payung
Logika   (A + B = AB)

Contoh idiom:


Gulung tikar                 = bangkrut
Panjang tangan            = pencuri
Makan hati                    = menderita bathin
logika    (A + B = C)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar