Rabu, 18 November 2015

Pendekatan Matematik Perubahan Keseimbangan Harga saat Income Meningkat & Bahan Baku Menurun



Perubahan Keseimbangan Harga 

Saat





Tabel




Berikut adalah pendekata matematiknya


Menentukan persamaan fungsi Qd da Qs


fungsi Qd sebelum peningkatan income


 P - P1         Q - Q1
---------- = -----------
 P2 - P1        Q2 - Q1


 P - 2         Q -  300
---------- = -----------
 3 - 2        200 - 300

 P - 2         Q - 300
---------- = -----------
   1              - 100

-100P + 200 = Q - 300

-100P+ 500 = Qd

Fungsi Qs sebelum peningkatan harga barang baku

 P - 3         Q - 200
---------- = -----------
 4 - 3        300 - 200

  P- 3        Q - 200
---------- = -----------
    1              100

100P - 300 = Q - 200

100P - 100 = Q - 200

100P + 100 = Qs

Keseimbangan Harga yang terbentuk

             Qd   =   Qs

-100p + 500 = 100P - 100

            600  = 200 P
           
               3   =   P

Q = -100P + 500
    = -300 + 500
    = 200

Setelah mendapat subsidi maka harga penawaran  menurun 1

Qs = 100P + 100

            Qs
 P  =  -------  + 1
           100


P’ = a + b Q – s

            Qs
P'  =  -------  + 1 - 1
           100
P's = 0,01 Qs

Qs' = 100 P'

Setelah Pendapatan / income penduduk bertambah harga barang naik 2

Qd =  - 100P + 500

              Qs
P  =  -  -------  + 5
             100
P = - 0,01 Qs + 5

P' = a + b Q + s

P' = - 0,01 Qd + 5 + 2

P'd = - 0,01 Qd + 7

Qd' = -100 P' - 700


Maka keseimbangan harga yang terbentuk saat keadaan pasar income meningkat dan Harga barang Turun.

Qs'= Qd'

100 P = -100 P' - 700

200 P = 700

      P' = 3,5


Q  = 100P

Q =   350

Karena penurunan harga barang baku dengan subsidi lebih kecil dibandingkan peningkatan pendapatan / income maka kenaikan harga barang tetap terjadi.

kesimpulan :

penurunan harga barang baku  > kenaikan Pendapatan penduduk = Keseimbangan harga meningkat

penurunan harga barang baku  <  kenaikan Pendapatan penduduk = Keseimbangan harga menurun

penurunan harga barang baku = kenaikan Pendapatan penduduk = Keseimbangan harga tetap

Jumat, 13 November 2015

PEMILIHAN KATA dan GAYA BAHASA


1.    Syarat  Ketepatan Pemilihan Kata
Seseorang yang menguasai kosakata, selain mengetahui makna kata, ia juga harus memahami perubahan makna. Di samping itu, agar dapat menjadi pemilih kata yang akurat, seseorang harus menguasai sejumlah persyaratan lagi. Syrat tersebut menurut Keraf (1988:88) ada enam. Berikut ini adalah rincian keenam syarat itu beserta contohnya dan anjuran untuk melatih ketajaman pemahamannya.
1.          Dapat membedakan denotasi dan konotasi.
Contoh:
a.       Bunga edelweis hanya tumbuh di tempat yang tinggi (gunung).
b.      Jika bunga bank tinggi, orang enggan mengambil kredit bank.

2.          Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
Contoh:
a.      Siapa pengubah peraturan yang memberetkan pengusaha?
b.      Pembebasan bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubahperaturan yang selama in memberatkan pengusaha.
3.          Dapat membedakan kata yang hampir mirip dalam ejaannya.
Contoh:
 Intensif-insentif                 Preposisi-proposisi
Korporasi-koperasi           Karton – kartun
Interferensi-inferensi
4.          Dapat memahami dengan tepat makna kata-kata abstrak.
Contoh:
Keadilan, kebahagiaan, keluhuran,
Kebajikan, kenijakan, kebijaksanaan.
5.          Dapat memakai kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
Contoh:
Pasangan yang salah       Pasangan yang benar
Antara... dengan...
Tidak... melainkan...
Baik... ataupun...
Bukan... tetapi...             
Antara... dan...
Tidak... tetap...
Baik... maupun...
Bukan... malainkan...
Contoh pemakaian kata penghubung yang salah
a.       Antara hak dengan kewajiban pegawai haruslah berimbang.
b.      Korban PHK itu tidak menuntut bonus, melainkan pesangon.
c.       Baik dosen  ataupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi.
d.      Bukan aku yang tidak mau, tetapi dia yang suku.

Contoh pemakaian kata penghubung yang benar
a.       Antara  hak dan  kewajiban pegawai haruslah berimbang.
b.      korban PHK itu tidak menuntut bonus, tetapi pasangon.
c.       Baik dosen maupun mahasiswa ikut memperjuangkan reformasi.
d.      Bukan aku yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka.
6.      Dapat membedakan kata-kata yang umum dan kata yang khusus.
Kata melihat adalah umum yang merujuk pada perihal ‘mengetahui sesuatu melalui indra mata’. Kata melihat tidak hanya digunakan untuk menyatakan membuka mata serta menunjuk ke bjek tertentu, tetapi juga untuk mengetahui hal yang berkenan dengan objek tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan dan bandingkan contoh berikut ini.
Contoh:
 Kata umum: melihat
 Kata khusus: melotot, membelalak, melirik, mengerling, mengintai, mengintip, memandang, menatap, memperhatikan, mengamati, mengawasi, menonton, meneropong.
Sebagai ajang latihan diksi ada baiknya jika Anda mencoba menggunakan kata-kata di atas dalam kalimat. Untuk mempertajam pemahaman makna kadang-kadang kita memerlukan terjemahan asingnya, terutama bahasa Inggris sebagai pembanding, sebab perbedaan nuansa makna antarkata yang bermiripanitu kadang-kadang begitu tipis. Dengan memahami makna yang tepat, dapat dilakukan pemilihan kata yang akurat. Bandingan dengan cermat tatanan kata-kata bahasa Indonesia dan maknanya dalam bahasa Inggris pada tabel d bawah ini.



PERBANDINGAN INDONESIA – INGGRIS DALAM UPAYA MENDAPATKAN DIKSI YANG TEPAT
Indonesia-Inggris
perencanaan
rencana
jadwal
program
agenda,acara
rancangan,
 desain  planning
plan
schedule
program
agenda
design

2.    Gaya Bahasa, Idiom, dan Ungkapan Idiomatik
1.    Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau langgam bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud. Ada cara yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi); ada cara yang menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes); ada masih banyak lagi majas yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa atau retorika untuk menimbulkan kesna tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendangar).
Sebelum menampilkan gaya tertentu ada enam faktor mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu:
a.       Cara dan media komunikasi: lisan atau tulis, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik.
b.      Bidang ilmu: filsafat, sastra, hukum, teknik, kedokteran, dan lain-lain.
c.       Situasi : resmi, tidak resmi, setengah resmi.
d.      Ruang atau konteks: seminar, kuliah, ceramah, pidato.
e.      Khalayak: dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status sosial (rendah, menengah, tinggi).
f.        Tujuan: membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.

2.    Idiom
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsur (Moeliono, 1984:177). Menurut Badudu kata (1989:47), “...idom adalah bahasa yang teradatkan...” Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Meski dengan prinsip ekonomi bahasa pun, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah terpatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakainya. Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh dipertukarkan susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu, tembok muka karena ketiga kelompok kata yang terkhir itu bukan idiom.
3.    Ungkapan idiomatik
Dibawah tingkatan idiom ada pasangan kata yang selalu muncul bersama sebagai frasa. Kelompok kata bertemu dengan, dibacakan oleh, muisalnya, bukan idiom, tetapi berprilaku idiom. Pasangan kelompaok kata semacam ini lantas disebut ungkapan idiomatik.
Kedua contoh kata dibawah ini belum braroma idiomatis karen tidak berisi ungklapan idiomatik.
a.    Polisi bertemu maling.
b.    Berita selengkapnya dibacakan sazli rais.
Dengan alasan ekonomi bahasapun contoh ( 1 ) dan ( 2 ) tetap salah karena terasa timpang. Pembetulannya tidak lain adalah dengan cara menempatkan pasangan serasi bagi kata bertemu, yaitu dengan ; dan pasangan serasi bagi kata dibacakan, yaitu oleh.
a.    Polisi bertemu dengan maling
b.    Berita selengkapnya dibacakan oleh sazli rais
Jadi, dalam pemakaian bahasa adakalanya kita perlu memperhatikan frasa tertentu, dalam hal ini kata yang berpasangan tetap karena kedua kata itu secara bersama dalam menciptakan ungkapan idiomatik. Amatilah beberapa contoh ungkapan idiomatik berikut ini.
Berasal / berawal dari                  disebabkan oleh
Berdasar pada                              sampai ke
Bergantung pada                         sehubungan dengan
Bertemu / berjumpa dengan        seirama / sejalan dengan
Berkenan dengan                         sesuai dengan

4.     Kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata
A.  Kesalahan pemakaian gabungan kata yang mana, di mana, daripada
Selain ungkapan idiomatik yang telah dicontohkan pada butir 3, ada juga gabungan kata yang lain yang fungsinya berbeda dengan ungkapan idiomatik. Gabungan kata yang dimaksud adalah yang mana, dimana, dan daripada. Ketigs bentuk itu sengaja diangkat disini karena pemakaiannya ditengah masyarakat masih banyak yang salah. Perhatikan contoh pemakaian yang salah dalam kalimat dibawah ini.
(1)   Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak lurah.
(2)   Dalam rapat yang mana dihadiri oleh para ketua RT dan ketua RW telah dibcakan...
(3)   Demikian tadi sambutan pak lurah di mana beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja.
(4)   Kita perlu mensyukuri nikmat di mana kita telah diberi rezeki oleh Tuhan.
(5)   Marilah kita perhatikan kebersihan daripada lingkungan kita.
(6)   Tujuan daripada pertemuan ini adalah untuk memperkenalkan pejabat baru di lingkungan unit kerja kita.
Kalimat (1) sampai (6) kerap kita dengar dalam aktifitas bermasyarakat kalau kita amati, ada dua jenis kesalahan dalam pemakaian bentuk gabungan itu. Kesalahan pertama, dalam sebagian besar kalimat itu terdapat kata yang berlebih atau mubazir yang mengakibatkan terjadinya polusi bahasa. Kata mana dalam kalimat (1) dan (2) tidak diperlukan. Cobalah baca kalimat (1) dan (2) tanpa mengikutsertakan kata mana; kedua kalimat itu menjadi efektif, bukan ? demikian juga kalimat (5) dan (6), cobalah dibaca tanpa mengikutsertakan dari pada, pasti kalimatnya menjadi mulus. Hal itu membuktikan pemakaian bentuk gabung yang mana dalam kalimat (1) dan (2) serta dari pada dalam kalimat (5) dan (6) tidak tepat.
Kesalahan kedua, pada sebagian besar contoh itu terjadi salah pakai bentuk gabungdimana tidak boleh dipakai dalam kalimat (3) dan (4) karena seperti juga dua bentuk gabung lainnya – peruntukannya salah. Fungsi dimana dan yang mana bukan sebagai penghubung klausa – klausa didalam sebuah kalimat. Kalimat (3) harus dipecah menjadi dua kalimat yaitu
a.       Demikian tadi sambutan pak lurah
b.      Beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja
Perbaikan kalimat (4) dapat dilakukan dengan menempatkan kata karena sebagai kata penghubung untuk menggantikan dimana sehingga bunyi kalimatnya menjadi : Kita perlu mensyukuri nikmat (Tuhan) karena (kita) telah diberi rezeki oleh tuhan.
B.  Kesalahan pemakaian kata dengan, di, dan ke
Pemakaian kata dengan dalam kalimat terutama ragam lisan, sering tidak tepat. Perhatikan contoh yang salah berikut ini.
a.    Sampaikan salam saya dengan Dona.
b.    Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya
c.    Rumahnya diagunkan dengan bank
Kata dengan pada kalimat a, b dan c harus diganti dengan kepada. jika tidak, kepada siapa salam ditujukan, kepada siapa pertanyaan di ajukan, dan kepada siapa rumah diagunkan, sebenarnya belm jelas. Kata dengan tidak cocok dipakai dalam ketiga kalimat itu karena dengan dapat berarti bersama. Bukankah pengertian kalimat rudi pergi dengandoni sama dengan rudi pergi bersama doni ? karena itu, kalimat a, b dan c harus diperbaiki menjadi seperti berikut ini.
a.    Sampaikan salam saya kepada dona
b.    Mari kita tanyakan langsung kepada dokter ahlinya
c.    Rumahnya diagunkan kepada bank
Senada dengan vkekeliruan pemakaian kata sambung dengan, pemakaian yang keliru sering juga terjadi untuk kata depan di dan ke yang seharusnya diisi oleh kata padadan kepada. kata depan di dan ke harus diikuti oleh tempat , arah dan waktu, sedangkan kata kepada harus diikuti oleh nama / jabatan orang atau kata ganti orang.
Contoh :
1.      Buku agendaku tertinggal di rumah andi.
2.      Jangan menoleh ke kiri
3.      Permohonan cuti diajukan kepada direktur.
Kenyataan menunjukkan masih cukup banyak orang yang salah memakai kata depan didan ke. Di kampus pun kita sering mendengar para mahasiswa memakai kedua kata ini secara keliru. Kekeliruan itu terjadi akibat percampuradukan pemakaian ragam lisan dan ragam tulis. Kesalahan diksi dalam ragam lisan yang tidak resmi sering dibawa ke ragam tulisan resmi. Seperti diksi yang salah berikut ini. Kata – kata yang seharusnya dipakai adalah yang ditempatkan di dalam kurung.
a.    Dokumen itu di kita (pada)
b.    Setelah tugas selesai, harap segera melapor ke dosen. (kepada)
c.    Tolong berikan buku ini ke tuty (kepada)

C.  Kesalahan pemakaian kata berbahagia
Dalam pertemuan formal di tengah masyarakat, kitac sering mendengar kataberbahagia dipakai secara keliru oleh pembawa acara dan juga oleh pembicara lain, permasuk para pejabat yang menyampaikan kata sambutan. Umumnya kat berbahagia itu dimunculkan pada bagian awal suatu acara ketika pembicaqra menyapa hadirin, seperti contoh yg keliru berikut ini :
a.       Selamat malam dan selamra datang di tempat yang berbahagian ini.
b.      Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak hadirin untuk....
Mengapa pemakaian kalimat berbahagia di kalimat a dan b di katakan keliru, karena kata berbahagia bukan kata sifat. Jika kata bahagia di kalimat a diisi oleh kata sifat, misalnya aman bersih atau indah, tentu saja kalimatnya benar. Demikian juga jika kata sifat langka atau baik menggantikan kata berbahagia pada kalimat b, kalimatnya juga menjadi benar.
Kata bahagia berasal dari kata sifat bahagia, lalu diberi awalan ber sehingga menjad kata kerja. Perhatikan proses perubahan kata sifat menjadi kata kerja dan arti yang ditimbulkannya:
 Bahagia (KS)                          berbahagia (KK) = ‘merasa bahagia’
 Sedih (KS)                               bersedih (KK) = ‘merasa sedih’

       Seperti kita ketahui, kata kerja dipakai untuk menerangkan aktivitas atau pekerjaan. Kalimat a dan b dapat menimbulkan pertanyaan: dapatkah tempat dan kesempatan melakukan pekerjaan merasakan atau menunjukkan bahagia? Tentu saja tidak. Yang dapat merasakan bahagia adalah orang, bukan tempat atau kesempatan. Oleh manusia, tempat dijadikan aman, bersih dan indah sehingga dapat membahagiakan orang atau membuat orang senang. Kesempatan yang langka, misalnya, dapat membahagiakan orang yang memperolehnya. Karena itu, kalimat a dan b itu salah diksinya. Agar arti kedua kalimat itu menjadi logis dan mantap, kata berbahagia yang dipakai disitu harus diganti denganmembahagiakan atau menyenangkan. Seperti contoh berikut :
a.    Selamat malam dan selamat datang di tempat yang membahagiakan ini.
b.    Pada kesempatan yang membahagiakan ini, kami mengajak hadirin untuk . . . .

Pada kesempatan yang menyenangkan ini, kami mengha.........

Kamis, 12 November 2015

Definisi, Jenis, dan Macam Frasa



Kalimat terdiri atas beberapa satuan. Satuan-satuan tersebut terdiri atas satu kata atau lebih. Satuan pembentuk kalimat tersebut menempati fungsi tertentu. Fungsi yang dimaksud, yaitu Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), dan Keterangan (Ket.). Fungsi-fungsi tersebut boleh ada atau tidak dalam suatu kalimat. Fungsi yang wajib ada, yaitu subjek dan predikat. Fungsi dalam kalimat dapat terdiri atas kata, frasa, maupun klausa.

Definisi Frasa
Jadi apa arti frasa? Frasa adalah satuan yang terdiri atas dua kata atau lebih yang menduduki satu fungsi kalimat.

Contoh frasa:

 Dua orang mahasiswa baru itu sedang membaca buku di perpustakaan.

Perhatikan penjabaran fungsi kalimat di atas:

Dua orang mahasiswa (S)

sedang membaca (P)

di perpustakaan (Ket. tempat)

Kalimat di atas terdiri atas tiga frasa, yaitu "dua orang mahasiswa," "sedang membaca," dan "di perpustakaan".

Jadi, frasa memiliki sifat sebagai berikut:

1. Frasa terdiri atas dua kata atau lebih.
2. Frasa selalu menduduki satu fungsi kalimat.

A. Kategori Frasa

1. Frasa Setara dan Frasa Bertingkat
Sebuah frasa dikatakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh: Saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.

Frasa "saya dan adik" adalah frasa setara, sebab antara unsur "saya" dan unsur "adik" memunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa "makan-makan" dan "minum-minum" termasuk frasa setara.

 Frasa setara ditandai oleh adanya kata "dan" atau "atau" di antara kedua unsurnya. Selain frasa setara, ada pula frasa bertingkat. Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.

Contoh: Ayah akan pergi nanti malam.
Frasa "nanti malam" terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa Idiomatik

Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini:

(1) Dalam peristiwa kebakaran kemarin, seorang penjaga toko menjadi kambing hitam.

(2) Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto menyembelih seekor kambing hitam.

Kalimat (1) dan (2) menggunakan frasa yang sama, yaitu frasa "kambing hitam". 

Kambing hitam pada kalimat (1) bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa, sedangkan dalam kalimat (2) bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam.

Makna "kambing hitam" pada kalimat (1) tidak ada kaitannya dengan makna kata "kambing" dan kata "hitam". Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.


B. Konstruksi Frasa
Frasa memiliki dua konstruksi, yakni konstruksi endosentrik dan eksosentrik.

Perhatikan kalimat berikut: Kedua saudagar itu telah mengadakan jual beli.

Kalimat di atas terdiri atas frasa "kedua saudagar itu", "telah mengadakan", dan "jual beli". Menurut distribusinya, frasa "kedua saudagar itu" dan "telah mengadakan" merupakan frasa endosentrik. Sebaliknya, frasa "jual beli" merupakan frasa eksosentrik.

Frasa "kedua saudagar itu" dapat diwakili kata "saudagar". Kata "saudagar" adalah inti frasa bertingkat "kedua saudagar itu". Demikian juga frasa "telah mengadakan" dapat diwakili kata "mengadakan". 

Akan tetapi, frasa "jual beli" tidak dapat diwakili baik oleh kata "jual" maupun kata "beli". Hal ini disebabkan frasa "jual beli" tidak memiliki distribusi yang sama dengan kata "jual" dan kata "beli". Kedua kata tersebut merupakan inti, sehingga memunyai kedudukan yang sama.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa frasa "kedua saudagar itu" berdistribusi sama dengan frasa "saudagar itu" dan kata "saudagar". Frasa "telah mengadakan" berdistribusi sama dengan "mengadakan". 

Frasa yang distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya dinamakan frasa endosentrik. Frasa yang distribusinya tidak sama dengan salah satu atau semua unsurnya disebut frasa eksosentrik. Frasa "jual beli" termasuk frasa eksosentrik karena baik kata "jual" maupun kata "beli" tidak dapat menggantikan "jual beli".

Frasa endosentrik meliputi beberapa macam frasa:

1. Frasa endosentrik yang koordinatif: frasa ini dihubungkan dengan kata "dan" dan "atau".
Contoh: Pintu dan jendelanya sedang dicat.

2. Frasa Endosentrik yang Atributif: frasa ini terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara.
Contoh: Pekarangan luas yang akan didirikan bangunan itu milik Haji Abdulah.

3. Frasa endosentrik yang apositif: secara semantik, unsur yang satu pada frasa endosentrik apositif memunyai makna sama dengan unsur yang lain. Unsur yang dipentingkan merupakan unsur pusat, sedangkan unsur keterangan merupakan aposisi.
Contoh: Alfia, putri Pak Bambang, berhasil menjadi pelajar teladan.

C. Kelas Frasa
Frasa dibagi menjadi enam kelas kata. Pembagian frasa meliputi frasa benda, kerja, sifat, keterangan, bilangan, dan depan.

1. Frasa Benda atau Frasa Nomina: frasa yang distribusinya sama dengan kata benda. Unsur pusat frasa benda, yaitu kata benda.
Contoh:
a. Dita menerima hadiah ulang tahun.
b. Dita menerima hadiah.
Frasa "hadiah ulang tahun" dalam kalimat distribusinya sama dengan kata benda "hadiah". Oleh karena itu, frasa "hadiah ulang tahun" termasuk frasa benda atau frasa nomina.

2. Frasa Kerja atau Frasa Verba: frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba.
Contoh: Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
Frasa "akan menulis" adalah frasa kerja, karena distribusinya sama dengan kata kerja "menulis" dan unsur pusatnya kata kerja, yaitu "menulis".

3. Frasa Sifat atau Frasa Adjektiva: frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat. Frasa sifat memunyai inti berupa kata sifat. Kesamaan distribusi itu dapat dilihat pada jajaran berikut.
Contoh:
a. Lukisan yang dipamerkan itu memang bagus-bagus.
b. Lukisan yang dipamerkan itu-bagus-bagus.

4. Frasa Keterangan atau Frasa Adverbia: frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.

a. Frasa keterangan sebagai keterangan:
Frasa keterangan biasanya memunyai keleluasaan berpindah karena berfungsi sebagai keterangan. Oleh karena itu, frasa keterangan dapat terletak di depan atau di belakang subjek atau di awal dan di akhir kalimat.

Contoh:
1. Tidak biasanya dia pulang larut malam.
2. Dia tidak biasanya pulang larut malam.
3. Dia pulang larut malam tidak biasanya.
b. Frasa keterangan sebagai keterangan pada kata kerja.
Contoh: Saya tidak hanya bertanya, tetapi juga mengusulkan sesuatu.

5. Frasa Bilangan atau Frasa Numeralia: frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Pada umumnya frasa bilangan atau frasa numeralia dibentuk dengan menambahkan kata penggolong atau kata bantu bilangan.

Contoh: Dua orang serdadu menghampirinya ke tempat itu.

6. Frasa Depan atau Frasa Preposisional: frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas.

Contoh: Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.

D. Frasa Yang Bersifat Ambigu

Ambiguitas terkadang ditemui dalam susunan frasa. Ambiguitas berarti kegandaan makna.
Contoh: Kambing hitam dan mobil tetangga baru.
Frasa kambing hitam dapat memunyai dua makna, yakni kambing yang berbulu (berwarna) hitam dan sebuah ungkapan yang berarti orang yang dipersalahkan. Frasa mobil tetangga baru juga dapat memiliki dua makna, yakni yang baru adalah mobil (milik tetangga) dan yang baru adalah tetangga (bukan mobilnya). Frasa ambigu akan menjadi jelas jika digunakan dalam kalimat.

DIKSI (PILIHAN KATA)


Jika kita menulis atau berbicara, kita itu selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.
Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.

Definisi Diksi

Pilihan kata atau Diksi adalah pemilihan kata – kata yang sesuai dengan apa yang hendak kita ungkapkan. Diksi  atau Plilihan kata mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
 
Fungsi Diksi

Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita tersebut.


Manfaat Diksi
1. Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif, bersinonim dan hapir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
2. Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
 
Contoh Kalimat Diksi
·         Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan masyarakat
·         Dia adalah wanita cantik (denotatif)
·         Dia adalah wanita manis (konotatif)
·         APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen (kata konkrit)
·         Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak

Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :

•     Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60) terbagi atas beberapa kelompok yaitu :

1.    Makna Leksikal :  makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).

2.  Makna Gramatikal : untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak buku”.

3.  Makna Referensial dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi (bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).


3.      Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal.  Makna konotatif adalah: makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang / kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan ramping.

         
e.      Satuan semantic
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik yang adalah kata majemuk.
Dalam prakteknya, para ahli bahasa menggunakan campuran semua metode ini untuk menentukan batas kata dalam kalimat. Namun penggunaan metode ini, definisi persis kata sering masih sangat sukar ditangkap.

Sumber :
http://dwiajisapto.blogspot.com/2011/02/diksi-pilihan-kata.html
http://www.bisnet.or.id/vle/mod/resource/view.php?id=1057
http://ryansikep.blogspot.com/2009/12/ciri-ciri-kalimat-efektif.html
http://zindriasihlinati.blogspot.com/2013/05/diksi-atau-pilihan-kata.html
http://teorikux.blogspot.co.id

Jenis kata

      Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Kata- kata yang dibentuk dengan menggabungkan huruf atau menggabungkan morfem, akan kita akui sebagai kata bila bentukan itu mempunyai makna. Misalnya kata sepeda, ambil, dingin, kuliah. Keempat kata yang diamabil secara acak itu kita akui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Kita akan meragukan, bahkan memastiakan bahwa adepes, libma, ningid, hailuk, bukan kata bahasa indonesia karena tidak mempunyai makna.

a.       Bentuk Kata
Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam yaitu:

1.        Kata yang bermorfem tunggal
Kata yang bermorfem tunggal ini disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata imbuhan.perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata.

2.        Kata yang bermorfem banyak
Yaitu kata yang sudah mendapat imbuhan.


a.       Jenis Kata
Secara tradisional pembagian kelas/jenis kata di dalam bahasa-bahasa yang besar di dunia termasuk bahasa indonesia umumnya terdiri atas sepuluh, yaitu:
1.         Kata benda (nomina)
2.         Kata Kerja (verba)
3.         Kata Sifat (ajektiva)
4.         Kata ganti (pronomina)
5.         Kata Keterangan (adverbia)
6.         Kata Bilangan (numeralia)
7.         Kata Sambung (konjungsi)
8.         Kata Sandang (artikula)
9.         Kata Seru (interjeksi)
10.     Kata Depan (preposisi)


Pembagaian kata atas sepuluh jenis yang dilakukan oleh para ahli bahasa tentulah didasari pertimbangan yang matang dan didukung oleh alasan yang kuat.
Dalam bahasa indonesia, nama jenis kata- kata itu pun sudah dikenal luas. Harus diakui bahwa pembagian jenis kata yang dipopulerkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan diikuti oleh sejumlah penulis tata bahasa indonesia, cukup berpengaruh dan cukup lama mendominasi bidang morfologi bahasa indonesia.                    
Indonesia yang paling mutakhir adalah yang diajukan oleh Tim Depdikbud RI yang terdapat di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI edisi perdana 1988).
Didalam buku itu, Hasan alwi dkk. mengelompokkan kata ke dalam lima jenis, yaitu:

1.      Verba (kata kerja)
2.      Ajektiva (kata sifat)
3.      Adverbia (kata keterangan)
4.      Rumpun kata benda, yang beranggotakan:

(i)                 Nomina (kata benda/kata nama)
(ii)               Pronomina (kata ganti)
(iii)             Numerialia (kata bilangan)

5.      Rumpun kata tugas, yang beranggotakan:

(i)                 Preposisi (kata depan)
(ii)               Konjungtor (kata sambung)
(iii)             Interjeksi (kata seru)
(iv)             Artikel (kata sandang)
(v)               Partikel penegas

1)      Kata Kerja
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat atau kualitas. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Berdasarkan defenisi itu verba dapat dipilih menjadi dua kelompok yaitu:

1.        Verba yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Verba ini merupakan jawaban atas pertanyaan “ Apa yang dilakukan oleh subjek?”
Contoh:
Mandi                               Membelikan
Membaca                         Memukuli
Mencuri                            Memberhentikan

2.        Verba yang menyatakan proses atau keadaan yang bukan sifat. Verba ini merupakan jawanban atas pertanyaan “Apa yang terjadi pada subjek?”
Contoh:
Jatuh                                kebanjiran
Mengering                        terbakar
Mengecil                           terdampar
Seluruh verba dalam contoh ini dapat menjadi predikat sebuah kalimat, yaitu hal yang menyatakan perbuatan atau keadaan subjek.
Selain cara di atas, verba dapat dikenali dengan memakai cara berikut ini:
·         Pada umumnya verba tidak dapat bergabung dengan kata- kata yang menyatakan kesangatan: agak, paling, sangat. Tidak ada bentuk seperti *agak mandi,*paling membaca.
·         Sebagian besar verba dapat didampingi oleh pewatas yang mengandung aspek waktu, yaitu kata akan, sedang dan telah; misalnya akan mendekat, sedang memukuli, telah jatuh.
·         Dapat membentuk kombinasi KK + dengan + KB (kata benda) /KS (kata sifat)
Tuli s + dengan pena (KB)             menulis + dengan cepat (KS)
Pergi + dengan adik (KB               melihat + dengan jelas (KS)
Dalam proses itu terbukti kombinasi antara kata- kata yang ditengarai sebagai kata kerja KK dengan KB dan KS dapat menghasilkan makna yang jelas dan logis.

Dari tampilan seluruh contoh ini tampak bentuk kata kerja ada dua macam:

1.      Kata kerja asal (bentuk dasar)
Yaitu kata kerja yang dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa bantuan afiks; misalnya tulis,pergi, bicara, lihat.

2.      Kata kerja turunan
Yaitu kata kerja yang mempunyai afiksi; misalnya menulis, berpergian, berbicara,melihat.



bentuk kata kerja atau verba turunan yang lain,diantaranya:

a)      Verba reduplikasi atau verba berulang dengan atau tanpa pengimbuhan.
Misalnya: makan- makan, bentuk- bentuk, berlari- lari.

b)      Verba majemuk, yaitu verba yang berbentuk melalui proses penggabungan kata yang tidak membentuk idiom.
Misalnya: terjun payung, tatap muka, mengambing- hitamkan

c)      Verba berpreposisi, yaitu verba intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu.
Misalnya: tahu akan, berdiskusi tentang, cinta pada

1)      Kata Sifat
         Kata sifat atau ajektiva adalah kata yang berfungsi sebagai atribut bagi nomina (orang, binatang, atau benda lainnya). Atribut berarti tanda atau ciri. Untuk mengenali suatu benda dan untuk membedakannya dengan benda lain, kita harus memeriksa ciri, sifat, keadaan, atau identitas benda- benda itu, misalnya kecil, pudar, merah. Kata- kata itulah antara lain yang merupakan contoh kata sifat. Dalam pembentukan kalimat, kata sifat dapat berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelasan subjek yang berupa nomina.

Berdasarkan perilaku semestinya anjektiva harus dibedakan atas dua tipe pokok yaitu:

1.      Ajektiva bertaraf, yaitu ajektiva yang dapat menyatakan berbagai tingkat kualitas dan berbagai tingkat perbandingan.

2.      Ajektiva tak bertaraf, yaitu ajektiva yang mengungkapkan keanggotaan dalam suatu golongan (TBBI, 2003: 172).

Dalam ajektiva tak bertaraf tidak dapat digabung dengan semua adverbia yang di pakai oleh ajektiva bertaraf. Ajektiva ini hanya dapat berkombinasi dengan kata ingakar tidak.

Untuk mengetes suatu ajektiva termasuk bertaraf atau tidak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1.      Dapat diberi keterangan pembanding dengan bantuan adverbia seperti agak, lebih, paling. Misalnya:agak besar, lebih baik, paling pandai.

2.      Dapat diberi keterangan penguat, juga dengan bantuan adverbia seperti amat, sekali, terlalu. Misalnya: amat luas, mahal sekali, terlalu sulit.

3.      Dapat diingkari dengan kata tidak. Misalnya: tidak benar, tidak puas.



Ajektiva bertaraf dapat dipilih menjadi tujuh macam yaitu:
1.      ajektiva keadaan/ sifat, misalnya aman, kacau, tenang, gawat
2.      ajektiva warna, misalnya ungu, hujau, biru, merah
3.      ajektiva ukuran, misalnya berat, ringan, tinggi, besar
4.      ajektiva jarak, misalnya jauh, dekat, rapat, renggang
5.      ajektiva perasaan/ sikap, misalnya malu, sedih, heran, sedang
6.      ajektiva waktu, misalnya cepat, lambat, singkat, sering
7.      ajektiva cerapan/ indera, misalnya harum, manis, terang, jelas

Dari segi bentuknya kata sifat dapat dibedakan atas tiga macam yaitu:

a.       kata sifat berbentuk tunggal
kata sifat berbentuk tunggal pastilah berupa kata dasar, dan karena itu juga pasti terdiri atas satu morfem.

b.      kata sifat berimbuhan
kata sifat berimbuhan sebagian besar dibentuk dengan bantuan sufiks yang diserap dari bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi produktif dalam bahasa indonesia, yaitu sufiks –al, -i, -if, -ik, -is, -er, dan –wi. Selain akhiran tersebut, ada dua kombinasi afiks yang turut membentuk kata sifat, yaitu konfiks ke- +an dengan dasar ajektiva berbentuk tunggal dan ajektiva berbentuk ulang, dan se- + -nya dengan dasar ajektiv bentuk ulang.

b.      kata sifat bentuk ulang
kata sifat bentuk ulang terdiri atas tiga tipe berikut ini:
§  perulangan murni: kecil- kecil, merah- merah, panjang- panjang
§  perulangan sebagian: besar- besaran, kecil- kecilan, rumah- rumahan
§  perulangan dengan salin bunyi: compang- camping, hiruk- pikuk, kocar- kacir

2)      Kata Keterangan (adverbia)
Kata ketarangan atau adverbia adalah kata yang menerangkan verba, ajaktiva, nomina, adverbia lain, frasa preprosisional, dan juga seluruh kaliamat.

Contoh adverbia:

·         Rina sangat mencintai suaminya.
(adverbia sangat menerangkan verba mencintai)

·         Kakekku selalu sedih mendengar lagu itu.
(adverbia selalu menerangkan ajektiva sedih)

Dari segi bentuknya adverbia dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu:
1.      Adverbia tunggal
Adverbia tunggal ini dapat dirinci lagi berupa kat dasar, kata barakfiks, dan kata ulang.
2.      Adverbia gabungan

Berdasarkan prilaku semestinya adverbia dapat mengungkapkan delapan jenis arti. Inilah nama kelompok adverbia:
1.      Adverbia kualitatif: kurang, lebih, paling, sangat
2.      Adverrbia kuantitatif: banyak, cukup, sedikit
3.      Adverbia limitatif: hanya, saja, sekedar
4.      Adverbia frekuentatif: jarang, kadang- kadang, sering
5.      Adverbia kewaktuan: baru,segera
6.      Adverbia kecaraan: diam- diam, pelan- pelan, secepatnya
7.      Adverbia kontrastif: bahkan, justru, malahan
8.      Adverbia keniscayaan: niscaya, pasti, tentu

1)      Rumpun Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau Nomina adalah kata yangmengacu kepada sesuatu benda baik konkret maupun abstrak.kalau di cermati lebih lanjut,tidak lain dari nama benda yang di acunya. Ambillah sebagai contoh benda yang kita lihat  sehari- hari, misalnya benda konkret, buku, kunci, kendaraan, pohon, nasi, rumah, dan benda abstrak yang kita rasakan. Misalnya, agama, kehendak, peraturan, pikiran, nafsu, maka kita akan mengakui semua itu  akan mengakui  semua itu adalah nama suatu benda atau sesuatu hal. Oleh karena itu, kata benda disebut juga dengan istilah kata nama (Nomina). Kata benda sangat perlu di kenali karna akan berfungsi sebagai subjek,objekataau pelengkap dalam kalimat.

Selain ciri tersebut,masi ada 2 ciri umum nomina.

(1)   Nomina tidak boleh diingkarkan dengan kata tidak.kata pengingkar nomina adalah bukan.bentuk ingkar kalimat paman saya wartawan adalah paman saya bukan wartawan.tidak boleh*paman saya tidak wartawan karena wartawan adalah nomina.

(2)   Nomina/kata benda (KB)dapat berkombinasi dengan ajektiva/kata sifat(KS),baik di antarai oleh yang(sangat)maupun tidak .artinya,kontruksi KB +KS dan KB + yang (ingat) + KS akan menghasilkan makna yang jelas dan logis.kata pohon.buku,orang,pengetahuan,pancar dan fikiran tergolong kata benda karena dapat “masuk” kedalam dua kontruksi kombinasi itu.
KB + KS                                KB + yang (sanga) + KS
Buku   mahal                          buku yang (sangat) mahal
Pohon rindang                       pohon yang (sangat) rindang
Orangbaik                              orang yang (sangat) baik
            Selain menguji dengan alat ukur tersebut,untuk mengenali kata benda berimbuhan,tabel  dibawah ini dapat di jadikan pedoman.    


Selain kata benda yang memang nyata nyata merupakan nama dari suatu benda, ada dua jenis lagi kata benda yang mengacu kepada benda, yaitu kata ganti (pronomina) dan kata bilangan (numeralia). Bukti bahwa kedua jenis kata itu mengacu pada benda terlihat dari batasnya: pronomina adalah kata yang di pakai untuk mengacu pada nomina lain (TBBI, 2003 : 249 ), numeralia  adalah kata yang di pakai untuk menghitung banyak nya maujud ( orang, binatang, atau barang ), dan konsep (TBBI, 2003 : 249 ).

            Berdasarkan uraian di atas sangat tepat jika para pakar penyusun buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia menetapkan nomina, Pronomina dan numeralia kedalam satu bab karena sesungguhnya arti ketiga jenis kata itu merujuk pada benda. Karena itu sangatlah beralasan
membentuk rumpun kata benda yang beranggotakan :

(1)   Kata benda (nomina)
(2)   Kata ganti (pronomina)
(3)   Kata bilangan (numeralia)

Salah satu alasan penyebab pronomina di masukan ke dalam rumpun kata benda adalah batasan pronomina persona yang berbunyi : pronomina di pakai untuk mengacu kepada orang.
Di samping pronomina persona, ada pronomina penanya (apa, siapa, mana, kapan, dsb )yang di pakai untuk menanyakan benda (orang atau barang ). Selain itu ada juga pronomina penyapa Bu, Pak, Dok, Prof, serta pronomina penunjuk umum ini, itu, anu, yang juga mengacu kepadabenda.
Hal yang sama juga tampak jika kita memperhatikan eksistensi kata bilangan (numeralia). Seperti yang di kutip di atas,batasan numeralia menyuratkan fungsi numeralia untuk menghitung benda.perhatikan contoh numeralia ini.

Contoh:

          Tiga                               satu-satu      
          Tiga bersaudara          setengah
          Berlima                         dua lusin
          Puluhan                                    dua setengah
          Berjuta-juta                  para (misalnya dosen, mahasiswa)

1) Rumpun Kata Tugas (Partikel)
            Kata tagas bukanlah nama satu jenis kata,melainkan kumpulan kata dan partikel. Kumpulan ini lebih tepat di namakan rumpun kata tugas. Anggota rumpun kata tugas ada lima, yaitu

(1)   Kata depan (prepisisi)
(2)   Kata sambung (konjugasi)
(3)   Kata seru (interjeksi)
(4)   Kata sandang (artikula)
(5)   Partikel penegas

          Berbeda dengan empat jenis kata utama (kata kerja, kata sifat, kata benda, dan kata keterangan , seluruh kata tugas tidak memiliki arti lrksikal, yaitu arti kata secara lekas tanpa kaitan dengan kata lain (misalnya makanan berarti memasukkan sesuatu kedalam mulut,di kunyah lalu di telan ). Kata agar,dari, ke, yang, si, tadak mempunyai arti leksikal seperti hal nya kata makan tadi.arti kata tugas barulah jelas setelah dikaitkan dengan kata lain: misalnya agar lulus ujian, dari kebun, ke kampus, yang sebelah kiri, si terhukum.
          Selain tidak mempunyai arti leksikal,sebagian kata tugas tidak dapat berubah dari dasar menjadi turunan. Jika dari verba pulang dapat di turukan bentuk berpulang, memulangkan, kepulangan, dari kata depan di, kata sambung yang, dan kata seru wah, tidak dapat di bentuk kata turunan. Hanya sebagian kecil saja kata tugas yang mempunyai bentuk turunan seperti sebab, sampai, oleh, aduh, yang dapat antara lain mebjadi di sebabkan, penyampaian, memperoleh mengaduh.
          Kata tugas dipakai untuk berbagai tujuan. Peranannya ada sudah tergambar pada namanya : kata sambung di pakai  untuk menyambung bagaimana bagian kalimat, kata sambung di pakai untuk menyambung kalimat,kata seru di pakai untuk membuat kalamat seru.

a)      Kata Depan (preposisi)

Kata depan atau preposisi adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda, kata, kerja, kata sifat, atau kata keterangan. Letak preposisi selalu di depan nomina, ajektifa, ferba, dan adferbia(karena itulah preposisi di sebut juga kata depan). Penggabungan preposisi dengan salahsatu dari ke empat kata itu selalu membentuk prasa preposisional. Ini terjadi, karena preposisi tidak mempunyai makna leksikal. Agar tercupta makna baru, preposisi harus si gabung dengan kata lain lalu terentuklah prasa preposisional yang berkotruksi preposisi + salah satu dari nomina, ferba, akjektifa, atau adferbia. Inti prasa preposisional tentulah preposisi.                                                                  
Kita ambil sebagai contoh frsa preposisional yang berkontruksi preposisi + nomina minsalnya di makasar .kedua kata itu membentuk kesatuan arti bertempat di kota makasar.disini sudah terlihatunsur penting yang tidak boleh di ganti dalam frasa di makasar  di makasar adalah preposisi di  karena mempunyai peranan sebagai preposisi petunjuk lokasi.adapun makasar sebagai nama lokasi,seandainya di gantidengan nomina lain,minsalnya:bali ,suatu restoran,rumah sakit, atau terminal bus ,tetapi dapat terbentuk prasa preposisonal di Bali,di suatu restoran,di rumah sakit,dan terminal bus .dengan di sebagai inti prasa.

Sama halnya dengan contoh di atas adalah frasa preposisional yang berkontruksi preposisi +ajektiva.salah satu contoh frasa minsalnya secara gambalang.untuk membebtuk frasa preposisional yang baru,ajektiva gamblang dapat di ganti minsalnya menjadi diam-diam ,terbuka,dan luas sehingga terbentuk frasa preposisional secara diam-diam ,secara terbuka,dan secara luas, dengan preposisi secara sebagai inti frasa.

Cara yang sama dapat di lakukan terhadap farsa preposisional yang berkontraksi preposisi +adverbia.salah  satu contoh frasa ini adalah dengan segera .untuk frasa preposisional yang baru, adverbia segera bisa di ganti dengan minsalnya menjadi sangat, sesungguhnyan ,dan tiba-tiba sehingga terbentuklah frasa preposisional dengan sangat, dengan sungguh-sungguhnya,  dan dengan tiba-tiba. Di sini preposisi dengan merupakan isi dari prasa.

Jika dibandingkan kombinasi preposisi dengan tiga jenis kata lain , kombinasi preposisi dengan  verba jumlahnya lebih sedikit. Cocntoh frasa preposisional yang berkontraksi preposisi+verba antara lain akan mandi,akan pergi,bulat/ untuk                hidup ,bulat/ untuk makan ,sampai rebah, sampai mati,waktu belajar, wakt tidur.

Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam: yaitu preposisi tunggal dan preposisimajemuk. Preposisi tunggal dapat berupa kata dasar, minsalnya akan, dari, dan dapat pula berpa kata turunan/kata berafiks, minsalnyabagaikan, mengenai, seluruh.preposisi majemuk ada yang  berdampingan, minsalnya, berada dengan, bertolak dari, sampai dengan;dan ada pula yamg berkontraksi dengan

Dalam contoh berikut kembali terlihat preposisi selalu berada di depan nomina, verba, ajektiva,dan adverbia. Dari ketiga jenis kata mengikutipreposisi nanti akan tampak persentase nomina lebih banyak jika di bamdingkan dengan verba, ajektiva, dan adverbia.
Contoh preposisi tunggal berupa kata dasar:
1.      Akan                     cabang minyak  akan habis
2.      Dari                       buah merah dari papua
3.      Buat                      hanya cukup buat makan
Contoh preposisi tunggal berupa kata berafiks:
1.      Bagaikan bernyanyi  bagaikan artis propesisonal
2.      Mengenai  makalah mengenai korupsi
3.      Seluruh  menjelajahi seluruh pelososk negri
Contoh preposisi majemuk berdampingan (yang bercetak tebal)
1.      Kehidupan di desa tertentu  berbeda dengan kehidupan di kota
2.      Bertolak dari prinsip jujur dan ulet, ia memulai usahanyan
3.      Masalah kriminal harus di tangani sesuai dengan prosedur
Contoh preposisi majemuk berkorelasi (yang bercetak tebal)
1.      Antara  pelatih dan pemaian harus terjalin kerjasama
2.      Dari  berat sempi ke timur berjajar pulau-pulau
3.      Kedatangannya belum bertegur sapa sejak pertikaian itu hingga hari ini.

a)      Kata Sambung (konjungsi)
             Kata sambung atau konjungsi adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau kalimat. Mengingat peranannya sebagai kata penghubung , kata sambung di sebut juga dengan istilah konjungtor. Di antara konjungtor yang ada , di bawah  ini di pilihkan contoh konjungtor yang banyak di pakai dalam kalimat.

Contoh:                            
1.      ...antara hidup dan mati
2.      Anda pasti berhasil kalau rajin belajar
3.      ...oleh presiden atau wakil presiden RI
4.      Pengetahuannya terbatas karena kurang membaca
5.      ...bukan Ambri, melainkan ambrin
6.      Rapat sudah di mulai ketika kami tiba
7.      ...terhalang demonstran sehingga pertemuan tertunda
8.      Bersiaplah biasa agar mereka tidak curiga

        Selain menghubungkan dua kata, konjungtor juga di pakai untuk menautkan dua kalimat dalam sebuah alinea dengan cara memakai konjungtor pada awal kalimat yang kedua; bahkan dapat juga pada awal kalimat ketiga . konjungtor itu di namakan konjungtor antar kalimat.

Contoh:
1.      Pak susilo menghidap radang hati. Selain itu, dia juga terkena penakit diabetes
2.      Situasi memang sudah membaik . Akan tetapi, kita harus selalu siaga
3.      Isri saya berbelanja ke sarina. Setelah itu ,dia kesalon,kemudian , dia akan mengikuti arisan .
4.      Ibu tidak sependapat dengan kamu. Meskipun begitu ,ibu tidak memaksa kamu mengikuti saran ibu

Dari contoh di atas tampak konjungtor antara kalimat tidak selalu dua kata.Satu kata juga bisa berperan menyambung kalimat. Inilah contoh lain konjungtor antar kalimat , baik yang berupa salah satu kata maupun lebuh dari satu kata.

Contoh:
asal(kan)                                                    oleh karena itu
bertalian dengan itu                                  oleh sebab itu
bahwa                                                        sambil
dengan demkian                                        sebab
jika                                                             sedangkan
dengan                                                       sehingga
kecuali itu                                                 selanjutnya
kemudian                                                  serta
ketika                                                         setelah itu
melainkan                                                  tetapi
namun                                                        walau damikian

b)      Kata Seru (interjeksi)
            Kata seru atau interjeksi adalah tugas yang di pakai untuk mengungkapkan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Kata seru dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimat perintah(impertatif)
Contoh:
1.      Ayo,maju terus ,pantang mundur!
2.      Aduh ,gigiku sakit sekali!
3.      Ih ,bau sekali kamar mandi itu!
4.      Sial ,memancing seharian cuma dapat sedikit!
5.      Astaga ,dia bukannya kerja , malah pergi!
6.      Wah,lagi dapat utang besar rupanya!

a)      Kata Sandang (artikula)
Kata sandang adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Ada tiga macam kata sandang yaitu:
a.         Yang bermakna tunggal
Contoh: Sang guru, sang suami
b.             Yang bermakna jamak
Contoh: Para petani, para ilmuwan
b.      Yang bermakna netral
Contoh: si dia, si cantik/ ganteng

b)     Partikel penegas
Sebenarnya makna partikel adalah unsur-unsur kecil dari suatu benda.
Analog dengan makna tersebut,unsure kecil dalam bahasa,kecuali yg jelas satuan bentuknya,di sebut partikel.Berkaitan dengan kata tugas,partikel yang d bicarakan di sini adalah partikel yang berfungsi  membentuk kalimat Tanya (interogatif),yaitu - kah dan –tah di tambah dengan –lah yang di pakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta pun yang hanya di pakai dalam kalimat pernyataan.

Contoh:

-kah

(1) Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
(2) Bagaimanakah rasanya naik pesawat ruang angkasa?
(3) Ke manakah akan kucari pengganti dirimu?

-Lah

(4) Apalah dayaku tanpa bantuan mu.
(5)Kalau engkau mau,ambillah apel itu satu!
(6) Pergilah segera,sebelum jalan macet!

-Tah

(7) Siapatah gerangan jodohku nanti?
(8) Apatah artinya hidupku tanpa engkau?

-Pun

(9) Apa pun yang terjadi.saya harus pergi.
(10) Karena dosen berhalangan,kuliah pun dibatalkan.
(11) Hendak makan pun lauknya tidak ada.

FONEM, MORFEM dan FRASA




1.    Fonem
            Fonem adalah suatu bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Yang membedakan arti kata jahat dan  jahit adalah bunyi /a/ yang dilambangkan dengan huruf a dan bunyi /i/ yang dilambangkan denagan huruf i. Bunyi a disebut fonem /a/ dan fonem /i/. Fonem /a/ dan /i/ merupakan contoh satuan bunyi terkecil karena tidak dapat dibagi lagi menjadi satuan bunyi yang lebih kecil yang dapat membedakan makna.
            Fonem dan huruf merupakan dua hal yang berbeda. Fonem adalah bunyi dari huruf (untuk didengar), sedangkan huruf adalah lambang dari fonem (untuk dilihat). Huruf abjad bahasa indonesia ada 26 fonem (bunyi huruf). Akan tetapi, jumlah fonem bahasa indonesia ternyata lebih banyak dari huruf karena beberapa huruf mempunyai lebih dari satu fonem. Fonem huruf e ada tiga, fonem huruf o dan k masing- masing ada dua. [1]
Adapun variasi fonem dari ketiga huruf tersebut yaitu:
·         Variasi fonem huruf e
            (i)  Makanan favoritku adalah sate
(ii) Ani suka bumbu rujak yang pedas
(iii) Makan nasi panas dicampur sambal, enak rasanya
·         Variasi fonem huruf o
(i)                 Selain bersekolah, ia juga aktif dalam organisasi sosial
(ii)               Pedagang burung beo itu sedang makan soto
·         Variasi fonem huruf k
(i)                 Dahulu pak Hadi perokok berat
(ii)               Beliau dapat menghabiskan tiga pak rokok dalam sehari
Ukuran untuk menentukan satu bunyi merupakan fonem atau bukan adalah dapat atau tidak bunyi itu membedakan makna. Misalnya:
§  Apel = Nama buah
§  Apel = Wajib mengikuti upacara, melapor
§  Seret = Tersendat- sendat, tidak lancar
§  Seret = menarik suatu benda menyusur tanah/ lantai
Dari sini terbukti bahwa yang membedakan dua kata dari segi maknanya bukanlah huruf, melainkan bunyi dari huruf (fonem).
Misalnya:
/c/cari- /j/ari- /l/ari- /m/ari- /t/ari
Se/k/am- se/l/am- se/n/am- se/r/am
Hal ini yang menyebabkan jumlah fonem lebih banyak dari huruf  ada gabungan dua huruf menghasilkan satu fonem. Fonem yang dimaksud dan huruf pembentukannya adalah:
1.      Fonem /kh/ merupakan gabungan huruf k dan huruf h
2.      Fonem /ng/ merupakan gabungan huruf n dan huruf g
3.      Fonem /ny/ merupakan gabungan huruf n dan huruf y
4.      Fonem /sy/ merupakan gabungan huruf s dan huruf y
Sama halnya dengan fonem yang lain, keempat fonem ini merupakan bunyi terkecil serta dapat membedakan makna. Contoh kehadiran fonem /kh/, /ng/, /ng/, /ny/, dan /sy/ sebgai bunyi terkecil dan pembeda makna tampak dalam kata- kata seperti di bahaw ini:
§  /s/amar- /kh/amar
§  /k/eras- keran/ng/
§  Ke/s/al- ke/ny/al
§  /k/arat- /sy/arat

2.      Morfem
            Morfem adalah satuan bentuk terkecil yang dapat membedakan makna dan atau mempunyai makna. Morfem dapat berupa imbuhan (misalnya –an, me-, me-kan), klitika/partikel (misalnya -lah, -kah), dan kata dasar (misalnya bawa, makan).
Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat dilakukan dengan menggabungkan morfem dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika penggabungan menghasilkan makna baru, unsur yang digabungkan dengan dasar itu adalah morfem.
Contoh:
Makan + -an = makanan
Me- + makan = memakan
Jika ditinjau dari segi bentuknya, semua kata dasar tergolong sebagai morfem karena wujud bentuknya memang hanya satu morfem. Kata dasar bawa, rumah, main, tidak dapat diurai lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata terbawa, dirumahkan, dipermainkan, adalah kata- kata kompleks yang dapat diurai lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Yang disebut partikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1998:342), partikel -kah, -lah, -tah diakui sebagai Klitika. Klitika tidak sama dengan imbuhan.[2]

Menurut bentuk dan makananya, morfem ada dua macam yaitu:
1.      Morfem Bebas, yaitu morfem yang dapat terdiri dari segi makna tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
2.      Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri dari satu makna. Maknanya baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, kombinasi awalan, dan akhiran, partikel –ku, -lah, -kah dan bentuk- bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri termasuk morfem terikat.


3.    Frasa
Frasa adalah kelompok kata yang tidak mempunyai unsur subjek predikat. Konstruksinya yang berupa kelompok kata menunjukkan frasa lebih tinggi dari kata. Proses pembentukan frasa sama dengan pembentukan kata majemuk, tetapi jumlah kata pembentuk frasa bisa jauh lebih banyak dari kata majemuk.
Kelompok kata langit batik biru baju dan yang berbahaya sangat penyakit bukanlah frasa karena rangkaian kata itu tidak mempunyai kesatuan makna. Jika rangkaian kata itu diubah susunannya sehingga mempunyai makna yang jelas, misalnya baju batik biru langit dan penyakit yang sangat berbahaya barulah kelompok kata itu dinamakan frasa. Sama halnya dengan kata, frasa juga akan berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, dan keterangan di dalam kalimat.
Ada tiga kriteria yang harus dimiliki oleh frasa:
1)      Konstruksinya tidak mempunyai predikat (nonpredikatif)
2)      Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom
3)      Susunan katanya berpola tetap
Frasa tidak boleh berstruktur subjek predikat karena kelompok kata yang mempunyai subjek predikat dapat membentuk klausa, bahkan kalimat. Predikat adalah kata atau kelompok kata yang menyatakan perbuatan/tindakan.


Ditinjau dari proses pemaknaannya terdapat perbedaan antara frasa dan idiom. Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk makna baru, tetapi cakupan maknanya sudah bergeser jauh dari makna leksikal kata asal. Frasa juga berupa gabungan dua kata atau lebih, namun cakupan makna yang dihasilkan oleh frasa masih disekitar makna leksikal kata pembentuknya.
Contoh frasa:



Jumpa pers = berjumpa dengan pers (wartawan)
Haus kekuasaan = haus akan kekuasaan
Terjun payung = terjun dengan (memakai) payung
Logika   (A + B = AB)

Contoh idiom:


Gulung tikar                 = bangkrut
Panjang tangan            = pencuri
Makan hati                    = menderita bathin
logika    (A + B = C)

TANDA BACA, FUNGSI DAN CONTOH



Ragam Tanda Baca , Fungsi Dan Contohnya

1. Tanda titik (.)

Fungsi dan pemakaian tanda titik:

Untuk mengakhiri sebuah kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan,
Diletakan pada akhir sinkatan gelar, jabatan, pangkat dan sapaan,
Pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum,
Contoh :

Menggunakan tanda baca dengan benar agar tidak terjadi kesalah pahaman.
Dr. Adit senang mengobati orang sakit.
Kutipan menarik itu diambil dari hlm 5 dan 8.


2. Tanda Koma (,)

Fungsi dan pemakaian tanda koma antara lain:

Memisahkan unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilang,
Memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimat,
Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dakam kalimat, dll.
Contoh :

Studio tersebut tersedia berupa gitar, drum dan bass.
Apabila keliru memilih bidang spesialisasi, usaha tidak dapat melaju.
“Jangan buang sampah sembarangan,” kata Rudi.
3. Tanda Seru (!)

Fungsi dan pemakaian tanda seru :

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan berupa seruan atau perintah atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Contoh :

Jangan letakan benda itu di depan saya !
4. Tanda Titik Koma (;)

Fungsi dan pemakaian titik koma adalah:

Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis atau setara
Memisahkan kalimat yang setara didalam satu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
  Contoh :

Hari makin sore; kami belum selesai juga.
Desi sibuk bernyanyi; ibu sibuk bekerja di dapur; adik bermain bola.
5. Tanda Titik Dua (:)

Tanda Titik Dua digunakan dalam hal-hal sebagai berikut

Pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Pada kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
Dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan
Contoh :

Fakultas Ekonomi UPN Jogja memiliki tiga jurusan: Akuntansi, Managemen, dan Ilmu Ekonomi.
Project By: Alland Project
Penulis: Indra Lesmana

Editor: Wicak

“Jangan datang terlambat.”  
 Budi: “Siap, Pak.”



6. Tanda Hubung (-)

Tanda hubung dipakai dalam hal-hal seperti berikut:

Menyambung unsur-unsur kata ulang
Merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing—-
Contoh :

Anak-anak kelaparan di negara Afrika adalah akibat globalisasi.
di- packing
7. Tanda Elipsis (…)

Tanda elipsis dipergunakan untuk menyatakan hal-hal seperti berikut

Mengambarkan kalimat yang terputus-putus
Menunjukan bahwa satu petikan ada bagian yang dihilangkan
Contoh :

“PLAK ….. ALHAMDULLLIILAHH ……” kuda itu berjalan dengan cepat, sampai-sampai orang itu tidak bisa mengendalikanya, di depan terlihatlah jurang yang sangat dalam.
8. Tanda Tanya (?)

Tanda tanya selalunya dipakai pada setiap akhir kalimat tanya.
Tanda tanya yang dipakai dan diletakan didalam tanda kurung menyatakan bahwa kalimat yang dimaksud disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh :

Siapa Presiden Indonesia saat ini?
9. Tanda Kurung ( )

Tanda kurung dipakai dalam ha-hal berikut

Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian pokok pembicaraan
Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan
Contoh :

Jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga disebut demand (permintaan).
10. Tanda Kurung Siku ( [..] )

Tanda kurung siku digunakan untuk:

Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada akhir kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain
Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
Contoh :

Persamaan akuntansi ini (perbedaannya ada di Bab 1 [lihat halaman 38-40]) perlu dipelajari disini.
11. Tanda Petik (“…”)

Fungsi tanda petik adalah:

Mengapit petikan lagsung yang berasal dari pembicaraan, naskah atau bahan tertulis lain
Mengapit judul syair, karangan, bab buku apabila dipakai dalam kalimat
Mengapit istilah kalimat yang kurang dikenal
Contoh :

Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.”
12. Tanda Petik Tunggal (‘..’)

Tanda Petik tunggal mempunyai fungsi :

Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain
Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
Contoh :

“Dia bilang padaku ‘jangan kau ganggu dia’, seketika itu aku ingin mengingatkannya kembali.” Ujar Andi.
13. Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per atau nomor alamat
Contoh :

Modem itu memiliki kecepatan sampai 7,2 Mb / s.
14. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)

Tanda Apostrof menunjukan penghilangan bagian kata.
Contoh :

Budi bertugas sebagai pembaca pembukaan UUD ‘45.

Angka dan Lambang Bilangan

Angka

. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

#   Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

#   Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000)

 Cara Penggunaan

1. Angka digunakan untuk  Menyatakan:


Misalnya:

(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi 

0,5 sentimeter
     5 kilog 
4 meter persegi
     10 liter


(ii) satuan waktu 

1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945


(iii) nilai uang,

Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
¥100
2.000 rupiah


(iv) kuantitas

50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang

* tanda titik di sini merupakan tanda desimal.

Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.

Misalnya:

* Jalan Tanah Abang I No. 15
* Hotel Indonesia, Kamar 169

3. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.

Misalnya:

* Bab X, Pasal 5, halaman 252
* Surah Yasin: 9

Lambang Bilangan

B. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai berikut:

1. Bilangan utuh
Misalnya:

dua belas = 12
dua puluh dua = 22
dua ratus dua puluh dua = 222





2. Bilangan pecahan
Misalnya:

setengah = 1/2
tiga perempat = 3/4
seperenam belas = 1/16
tiga dua pertiga = 32/3
seperseratus = 1/100
satu persen  =1%
satu dua persepuluh  = 1,2


3. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:

* Paku Buwono X
* pada awal abad XX
* dalam kehidupan pada abad ke-20 ini
* lihat Bab II, Pasal 5
* dalam bab ke-2 buku itu



* di daerah tingkat II itu
* di tingkat kedua gedung itu
* di tingkat ke-2 itu
* kantornya di tingkat II itu

4. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
Misalnya:

tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an


(tahun lima puluhan)
(uang lima ribuan)
(lima uang seribuan)

NB: 1950  disingkat menjadi  '50

5. Lambang bilangan boleh ditulis dengan huruf saat lambang bilangan tidak dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

Misalnya:

Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.

Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.

Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo.

6. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:

                            Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
                            Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.

Bukan:

                            15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
                             Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.

7. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:

                              Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
                              Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.

8. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:

                               Kantor kami mempunya dua puluh orang pegawai.
                               Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.

Bukan:

                                Kantor kamu mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
                                Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.

9. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:

                                   Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan                                      puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

                                   Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan                                          puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.

Pengertian Ragam dan Fungsi Bahasa

Pengertian Ragam dan Fungsi Bahasa Indonesia

              Definisi Bahasa; Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter ( tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya ) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja sama, dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder.

               Fungsi bahasa dalam masyarakat:
Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
Alat mengidentifikasi diri.
Macam dan jenis ragam bahasa:
Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, jurnalistik, dsb.
Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden soeharto, gaya bahasa binyamin s, dsb.
Ragam bahasa pada sekelompok anggota masyarakay suatu wilayah seperti dialeg bahasa madura, medan, sunda, dll.
Ragam bahasa pada masyarakat suatu golongan seperti ragam bahasa orang akademisi berbeda dengan ragam bahasaorang jalanan.
Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal dan informal.

FUNGSI BAHASA INDONESIA sebagai BAHASA NASIONAL:
1. Lambang kebanggaan nasional
2. Lambang identitas nasional
3. Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang sosial budaya dan bahasanya
4. Alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah

FUNGSI BAHASA INDONESIA segabai BAHASA NEGARA:
1. Bahasa pengantar resmi kenegaraan
2. Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.
3. Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.
4. Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.

Mungkin Hanya sekedar bualan Saja

Pada suatu hari manusia bernama bajingan mengetuk sebuah pohon dan berkata "Dimanakah sang laknat berada? ". Seorang yang memiliki sayap capung berukuran 15 cm kurang lebih terbang menghampiri bajingan. "Apa yang kamu cari kisanak" tanya seorang yang memiliki sayap itu. "Aku mencari laknat guruku CUK"